Februari 25, 2012 | By: tiiadhiitya

Menanti Dalam Ketidakpastian part2.

Aku terdiam lemas
Sebuah pengakuan datang bersamaan dengan ulangtahunku yang ke-18, seharusnya moment di usiaku yang ke-18 adalah moment terindah karena angka 18 adalah cukup dibilang usia menuju kedewasaan tapi semua itu hanyalah mimpi bagiku yang tak pernah akan jadi nyata. Sungguh aku tak pernah merasa tertampar seperti ini.. ku genggam erat handphoneku dan kuterus membaca pesan singkat dari seorang nama yang sangat berarti dalam hidupku.

Malam itu, aku membuka dompet dan laptopku yang berisi penuh sejuta kenangan. Semua itu masih tersimpan semua dan tak ada satupun yang hilang. Begitu deras air mata yang membasahi pipiku ketika aku membuka semua file yang berisikan fotoku dengannya.


Putra, seorang pria bertubuh kecil. Dimataku, dialah segalanya. Tahu bagaimana buatku bahagia, ku mengenal dia pada kebersamaan MOS kami. Namun, saat itu aku tak bertegur sapa dan kembali aku menjunpianya di penghujung akhir semester genap dan pada kenaikan kelas dua kita sekelas dan disitulah kedekatanku dimulai.
Hampir setahun tak ada kejelasan yang pasti akan kedekatan kami. Akupun tak tau tentang perasaannya dia yang sesungguhnya terhadapku. Hatikupun mulai bertanya-tanya. Setiap kali aku jalan berdua dengannya aku selalu mengecheck ponsel pribadinya yang sebenarnya aku tak menginginkan itu tapi disisi lain aku ingin mencari kejelasan yang pasti tentang perasaannya dia. Tak sedikitpun aku menjumpai pesan mesra dari sang ex, begitu lara mengetahui semua itu. Sampai pada akhirnya hatikupun tak kuat melihat semuanya dan kemudian dia menghilang dari hidupku dengan alasan yang tak dimasuk akal.


Dia memang tak pernah bilang bahwa dia juga menyayangiku. Tapi, dia selalu memberiku kesempatan untuk berbagi dengannya dan memperhatikannya, diapun selalu menerima tanda kasihku, bukankah itu sama saja melemparkanku kepada harapan tak bertepi. Menyayanginya namun tak bisa meraih hatinya, tak bisa memilikinya.


Sejak kejadian itu aku terus bersikeras menguatkan hatiku. Aku tak boleh menyakitinya, apapun yang dikatakannya untuk menghiba dan dia akhirnya memutuskan untuk menghilang. Putra benar-benar tak muncul dihadapanku, dihari-hari selanjutnya. Aku sangat kehilangan Putra, merindukannya tapi, tak kuasa berbuat apa-apa. Aku tak lagi melihat sosok Putra yang ceria. Perpisahan kami menjadi berita. Banyak yang menghujatnya dan tak sedikit yang bersimpati.

Dua bulan berselang, ketika aku mulai berdamai dengan duka kehilangan Putra. Putra pelan-pelan datang kembali mengisi ruang kosongku yang pernah sepi olehnya dan lagi-lagi memberi harapan. Aku bingung dan tak tau sampai kapan dia akan memberiku status kepastian. Apa aku tak pantas untuk disayangi ? dan entah sampai kapan ini semua akan berakhir ? hanya dialah yang bisa menjawab.

4 komentar:

faizah rizki jannah mengatakan...

tak enteni part 3nya hahaha

tiiadhiitya mengatakan...

jangan ta , part3 e udah pasti :D
doain ya

faizah rizki jannah mengatakan...

amin :)

tiiadhiitya mengatakan...

alhamdulillah ya Allah :*

Posting Komentar