Maret 10, 2012 | By: tiiadhiitya

Saat Harus Memilih

Cinta, tidak pernah menjadi perkara mudah dalam hidupku. Sampai sekarangpun aku tak tau makna cinta sesungguhnya. Sering kujumpai kebulshitan cinta! Meskipun sering kali berpacaran namun, aku tak pernah merasakan cinta, hanya kasih sayanglah yang aku berikan. Sejak berakhirnya hubunganku yang terakhir dengan seorang pria, aku masih sendiri. Masih asyik menikmati hidupku. Ingin bebas dari pengekangan yang menghantuiku selama 14bulan silam yang seolah aku terpenjara, tak ada cela untukku bisa keluar.

Genap setengah tahun aku menutup diri, mengenyahkan setiap pria yang hendak mencuri detak hatiku. Bukan maksud untuk menolaknya, tapi aku sudah lelah terjatuh dalam keterpurukan. Lebih dari itu, hatiku pernah kuberikan pada pria yang membuatku nyaman dan bisa menjadikan diriku sendiri bukan topeng, namun belum dikembalikan.

Kudengar dari serba-serbi teman sekelasku bahwa Achmad pria pemalu, pendiam, cerdas, perawakan tinggi dan sholeh ternyata diam-diam menaruh rasa kepadaku. Sungguh hatiku tak percaya dan dipikiranku penuh tanda tanya. Aku bingung bagaimana harus memulai pembicaraan dengan dia karena setiap ada cewek yang mendekatinya dia slalu gemetar dan bingung. ”OMG! Ini tahun modern 2012, masih ada saja ya cowok yang seperti itu”. Pikirku. Dia memang baik, perhatian bisa dibilang penyayang juga dan yang paling penting religius banget.

Orang terdekatku yaitu sahabatku telah menyalah artikan kedekatan kami. Ternyata dengan sengaja dia menyukaiku. Sungguh suatu keadaan yang sangat aku benci dan tak pernah aku inginkan. Namun, aku harus terima itu semua tapi sungguh hatiku kecewa. Aku tak mau kehilangan dia dan juga aku tak mau persahabatan kita berubah menjadi musuh. Dia begitu lucu, ngegemesin mungkin karena usianya yang lebih muda dariku. Disisi lain dia baik, selalu nemenin aku disaat aku galau akan ketidakpastian yang aku rasakan. Dia selalu ada buatku apalagi ketika dia putus dari pujaan hatinya seolah dia kembali padaku. Dia teman curhatku yang memberiku saran terbaiknya dan rela menghapus air mataku dengan tangannya sebut saja dia Johan.

Berbeda dengan pria yang mendekatiku saat itu, aku menjumpainya melalui MOS. Baru aku mengenalnya ketika awal semester pertama ajaran baru. Ia selalu menemaniku mengerjakan tugas-tugas sekolah begitupun juga aku. Seringkali, kami hanya sekedar bertukar lelah, saling menguntai kisah, tapi jarang kita saling membuncah tawa dan membentik air mata dalam guratan waktu yang sejatinya tidak pernah kami miliki. Dia adalah sosok pria yang telah membuat hatiku gundah gulana beberapa bulan ini. Sebut saja dia Angga. Dia seorang pria yang bisa membuatku nyaman, kelakuannya yang selalu mebuatku rindu dan sikapnya selalu buatku terpesona. Sungguh ku dibuat gila olehnya. Namun, ketidakpastianlah yang ada.
Aku bingung sapa yang pantas tuk ku pilih, mereka adalah pria yang melengkapi hari-hariku karena tingkahnya yang kocak dan buatku tak habis pikir. Tidak sedikitpun terbesit hasrat ingin memiliki mereka. Mereka hanyalah temanku, tidak lebih! Tekadku membulat saat itu.

Namun semakin hari, aku merindukan mereka jika sehari saja tidak bertemu dengan mereka. Achmad dan Johan memberikanku perhatian yang lebih, rajin bertanya kabar dan selalu mengingatkanku, bahkan untuk hal-hal kecil. Suatu hal yang paling membuatku terpesona adalah kepawaiannya Angga menenangkanku, mengatur, dan memegangi jiwaku yang sering limbung. Denganya, aku dapat menampilkan diriku yang sebenar-benarnya, polos dan tanpa topeng! Aku leluasa mengekspresikan semua yang kurasa, semua yang kupikirkan. Itulah yang membedakannya dari lelaki lain.

Hidupku begitu lengkap dan berwarna karena mereka juga. Mereka selalu memenuhi inbox di hapeku, setiap hari hapeku berdering dan tidak sedikit dari mereka. Namun, akupun tak bisa terus-terusan menggantungkan hubungan ini. Cepat atau lambat aku harus memilih dari mereka agar tak menimbulkan kesalahpahaman dan selebihnya tak melukai mereka.

Hari terus berlalu, matahari dari ufuk timur ke ufuk barat terus berjalan seiring berjalannya waktu. Telah beberapa lama aku dekat dengan mereka aku tau sifat-sifat dari mereka. Johan sahabat karipku ternyata dia seorang Playboy yang mudah jatuh cinta, mengumbar kemesraan disana-sini dan mendekati semua cewek yang ada. Itu terbukti saat dia mendekati aku tapi disisi lain dia juga dekat dengan temen deketku sendiri. Achmad bisa dibilang hatinya dia perfect tapi sayang aku tak bisa memberikan hatiku untuknya, aku hanya menganggap dia sebagai guru pembimbingku yang selalu mengajari aku untuk menjadi yang terbaik.

Dan pada suatu ketika aku telah membulatkan tekad dan keyakinanku untuk tetap bertahan pada seorang cowok yang selalu membuatku bimbang akan ketidakpastian. Aku ingin setia padanya, meski dia tak pernah mencintaiku. Yang aku rasakan pada diriku adalah ketulusan untuk memberikan rasa sayangku untuknya. Meski dia tak bersamaku aku akan berusaha tersenyum didepan dia dan aku akan tunjukan bahwa aku bahagia bila dia bahagia meski perih yang aku rasa. Aku akan rela mengulurkan tanganku ketika dia terjatuh dan aku akan selalu ada dibelakang dia untuk menjadi sahabat terbaiknya karena yang terpenting aku bisa ada di dekat dia meski bukan disampingnya untuk menemaninya.

Hidup itu indah dan jangan dipersulit oleh kelakuan kita jika tak mau merugi! Tetaplah disamping orang yang kamu sayangi meski dia tak akan bisa membalasnya, tunjukan ketulusanmu.

0 komentar:

Posting Komentar